" jamuan cinta syurgawi "

blogmap

syekh Google

Kamis, 31 Maret 2011

Sholawat Mudhariyah

Diantara para pengubah qoshidah yg dikenal didunia Isalm,ImamAl Bushiri menempati posisi

tersendiri. Qoshidahnya AlBurdah merupakan syair yg sangat termasyur dan di kenal secara

luas diberbagai belahan dunia.
Dalam banyak majelis potongan2 bait qoshidah tersebut sering kali di baca.
Selain AL Burdah, banyak lagi karya Imam AL Bushiri,salah satunya cukup dikenal adalah

Shalawat Mudhoriyah.Beberapa kitab tentang wirid2 dan dzikir2 memuat shalawat ini.


Syaikh Muhammad bin Sa'id Al Bushiri Al Mishri adalah seorang ulama yg alim dan mengamalkan

ilmunya, seorang yg sholeh dan hanyut dalam lautan cinta kepada ALLAH SWT dan Rasulullah. Ia

berasal dari sebuah suku yg dikenal denbgan sebutan Bani Habnun di Maghrib(Maroko).

Kedua orang tuanya berasal dari sebuah kampung Bushiri,sebuah perkampungan di Mesir.
Karena itulah Ia menyandang Laqad/gelar Al Bushiri di belakang namanya,meski Ia sendiri

lahir di kampung Dallas,hari selasa awal Syawwal 608H. Sejak muda Ia belajar kepada Ulama2

desar zamannya,seperti Syaikh Abu Hibban dan Syaikh Abu AL Fath bin Sayyidina Al Yanuri,

pengarang kitab sejarah Rasulullah yg berjudul UYUN AL ATSAR FI SIRAH SAYYID AL BASYAR. Imam

Bushiri mengaji kepada Syaikh Al 'izbin Jama'ah Al Kinani,seoarang qadhi dinegeri

Mesir.Salah satu bidang ilmu yg sangat digemari adalh ilmu sastra.

Ia juga pernah belajar secara khusus kepada seorang Imam Besar,Imam Abu Al-'Abbas Al-Mursi

yg dikenal sebagai seorang sufi besar dan waliyullah dikota Iskandariyah.Dibawah

bimbingannya ia menempuh jalan sufistis hingga memperoleh cahaya kewalian dan menjadi

seorang pakar tasawuf.

SHALAWAT MUDHORIYAH

Imam Bushiri telah banyak mengubah syair,sebagian diantaranya telah di cetak.Dan yg paling

kenal qashidah Burdah yg disambut baik oleh para ahli syair ulung dari Maghribi sampai

ketanah air kita. Shalawat Mudhoriyah adalah salah satu syair karya Imam AL Bushiri yg

sangat besar keutamaanya.Dinamakan Modhoriyah karena salah satu Datuk Nabi Muhammad yg

bernama Mudhor.
Salah satu keistimewaan shalawat inidisebutjan dalam kitab BughyaAhl Al-'ibadah wa Al Aurad

Syar Ratib Qutb Zamanih Al-Haddad karya Al Habib ALwibin Ahmad Al Haddad dikisahkan Imam Al

Bushiri menyusun shalawat ini dipinggir pantai. Ketika sampai pada syair no.34 yg

berbunyi'"Tsummash-sholatu'alal-mukhtarima thala'at,syamsun-nahari wa ma qad sya'sya'al

qamaru,tiba-tiba dari tengah laut datang seorang laki-laki yg berlari diatas air

menghampirinya sambil berdiri dihadapannya sambil berkata"Cukup,akhirilah shalawatmu sampai

bait ini,karena kamu telah mebuat lelaha para malaikat yg mencataat keutamaan pahala

shalawat ini. Imam Bushiri pun segera menutup shalawatnya dengan permohonan ridho Allah

untuk keluarga Rasulullah dan para Sahabatnya. Imam Bushiri menghembuskan napas terakhir

dikota iskandariyah,Mesir, pada tahun 696 H atau 1296 MIa dimakamkan disamping sebuah masjid

besar yg bersambung dengan makamnya,tak jauh dari masjid dan makam sang guru,Syaikh Imam Abu

AL Abbas Al Mursi.

Berikut Sholawat Mudhoriyah beserta terjemahannya.

Bismillahir-rahmanir-rahim

Ya rabbi shalli'alal-mukhtari min mudharin. Wal-anbiya wa jami'irusli madzu-kiru.

"Tuhanku,limpahkanlah rahmatMu untuk nabi pilihan dari suku Muhdar,juga untuk seluruh nabi

dan rasul yg telah lalu."

Wa shalli rabbi'alal-hadi wa syi'atihi, Wa shabihi man lithayyid-dini qad nasyaru.

"Shalawat-Mu,wahai Tuhanku,atas nabi pembawa hidayah beserta seluruh pengikut dan shabatnya

yg telah berjasa menyebarluaskan agama ini"

Wa jahadu ma'ahu fillahi waj-tahadu. Wa hajaru wa lahu awaw wa qad nasharu.

"Yg telah ikut berjihad dan berijtihad bersama beliau, jg yg ikut hijrah bersama Beliau, dan

yg memberi tempat singgah serta memenangkan misi Beliau.'

Wa bayyanul-fardha wal-masnuna wa'tashabu. Lillahi wa'tashamu billahi fantasharu.

"Yg telah menerangkan hukum wajib dan sunah secara bersatu padu,berupaya tanpa pamrih, dan

berpegang teguh pada agama Allah hingga mereka mendapatkan kemenangan."

Azka shalatin wa anmaha wa asyrafaha. Yu'athirul-kauna rayyan nasyrihal-'athiru.

"Yaitu shalawat-Mu yg suci sesuci-sucinya,sebanyak-banyaknya,dan semulia-mulianya,yg

menerbarkan harum semerbak di seluruh alam semesta".

Ma'buqatan bi'abiqil-miski zakiya-tan. Min thibiha arajur-ridwani yantasyiru.

"Keharuman yg bercampur dengan misik kesturi yg mahal, yg aromanya tersebar luaslah

keridloan-Mu".

'Addal-hasha wats-tsara war-ramli yatba'uha. Najmus-sama wa nabatul-ardhi wal-madaru.

"Sebanyak jumlah batuan,pasir beserta debunya, jg sebnayak bintang gemintang dilangit,

tanaman, dan kerikil di bumi".

Wa'adda wazni matsaqilil-jibali kama. Yalihi qathru jami'il-ma'i wal matharu.

"Dan sejumlah beratnya timbangan gunung-gunung,sejumlah seluruh tetesan air yg mengalir dan

air hujan".

Wa'adda ma hawatil-asyjaru min waraqin. Wa kulli harfin ghada yutla wa yus-tatharu.

"Juga sejumlah dedaunan yg terdapat di pepohonan,sebnayk semua huruf yg terbaca oleh lisan

dan tertulis oleh pena".

Wal-wahsyi wath-thairi wal-asmaki ma' na'amin. Yalihimul-jinnu wal-amlaku wal-basyaru.

"Sebanyak jenis dan jumlah biantang liar,burung-burung,ikan dan hewan ternak. Juga sejumlah

jin,malaikat dan manusia".

Wadz-dzaru wan-namlu ma'jam'il hububi kadza. Wasy-sya'ru wash-shufu wal-arya-syu wal-wabaru.

"Sebanyak jumlah atom,semut dan semua jenis biji-bijian, jg sejumlah helai rambut

manusia,hewan, dan bulu segala jenis binatang".

Wa ma ahatha bihil-ilmul-muhithu wa ma. Jara bihil-qalamul-ma'muru wal-qadaru.

"Seluas kandungan ilmu Allah tentang makhluk dan apa yg ditulis qalam(pena) yg memuat

suratan takdir".

Wa'adda na'ma-ikal lati mananta biha. 'ALal-khala-iqi mudz kanu wa mudz husyiru.

"Sebanyak nikmat-nikmat-Mu,yg telah Engkau karuniakan kepada semua makhluk-Mu yg dahulu dan

yg akan datang".

Wa 'adda miqdarihis-samil-ladzi syarufat. Bihin-nabiyyuna wal-amlaku wafta-kharu.

"Setinggi jumlah derajat yg di capai oleh masing-masing nabi dan malaikat yg mulia,dengan

maqam tersebut".

Wa 'adda ma kanna fil-akwani ya sanadi. Wa ma yakunu ila an tub'atsash-shuwaru.

"Sebanyak apa yg pernah ada kemudian tiada di alam jagat raya,dan apa yg masih ada maupun yg

akan ada sampai kiamat".

Fi kulli tharfati 'ainin yathrifuna biha. Ahlus-samawati wal-ardhina au yadzaru

"Sebanyak tiap kedipan mata yg di gerakan setiap penduduk langit dan bumi."

Mil-as-samawati wal-ardhina ma'a-jabalin. Wal-farsyi wal-'arsyi wal-kursiy wa ma hasharu.
"Sepenuh isi langit dan bumi,gunung dan hamparan, dan seluas arsy,kursy,dan semua yg

terdapat di dalamnya."

Ma-a'damallahu maujuda wa auja-da ma'. Duman shalatan dawaman laisa tan hashiru

"Yang terus-menerus tiada henti selama Allah meniadakan yg ada dan mengadakan yg tiada,

dengan berkelanjutan tanpa batas."

Tastaghriqul-'adda ma' jam'id-duhuri kama. Tuhithu bil-haddi la tubqi wa la tadzaru.

"Yang melampai batas tanpa hitungan, dan menembus seluruh zaman,yg terus berjalan menjangkau

apapun tanpa menyisakan."

La ghayatan wantiha'an ya 'azhimu laha. Wa la laha amadun yuqdha fayu'tabaru

"Yang tak berujung,tak berpangkal dan tak kenal habis, wahai Dzat Yang Maha Agung,Yang tak

mengenal batas waktu hingga tak bisa di kira-kira."

Wa 'adda adh'afi ma qad marra min 'adadin. Ma' dhi'fi adh'afihi ya man lahul-qadaru

"Sebanyak jumlah kelipatan jumlah yg telah tersebut,ditambah kelipatan dari kelipatan

tersebut,Wahai Dzat Yang Maha Kuasa melakukan segala sesuatu."

Kama tuhibbu wa tardha sayyidi wa kama. Amartana an nushalliya anta muqtadiru

"Seperti yg Engkau sukai dan ridloi,seperti Shalawat yg Engkau perintahkan kepada kami,

Engkaulah Yang Maha Kuasa."

Ma'as-salami kama qad marra min 'adadin. Rabbi wa dha'ifhuma wal-fardhlu muntasyiru.

"Beserta salam yg jumlahnya juga sebanyak bilangan di atas,ya Rabbi. Bahkan lipat gandakan

nilai bilangan shalawat dan salam kami terus-menerus.Anugerah-Mu tak terbatas."

Wa kullu dzalika madhrubun bihaqqika fi. Anfasi khalqika in qallu wa in katsuru.

"Dan setiap shalawat serta salam tersebut di kalikan dengan jumlah seluruh napas

makhluk-Mu,baik yg sedikit maupun yg banyak."

Ya Rabbi waghfir liqariha wa sami'iha. Wal-muslimina jami'an ainama hadharu.

"Dan,Tuhanku,hapuskanlah dosa-dosa orang yg membaca shalawat ini,juga yg mendengarnya dan

semua muslimin dimanapun mereka berada."

Wa walidina wa ahlina wa jiritana. Wa kulluna sayyidi lil-afwi muftaqiru.

"Juga kedua orang tua kami,tetangga kami. Dan kami semua,oh tuhan, sangat membutuhkan

ampunan-Mu."

Wa qad ataitu dzunuban la 'idada laha. Lakinna 'afwaka la yubqi wa la yadzaru.

"Sungguh, aku telah melakukan dosa-dosa yg tak terhitung jumlahnya,namun luasnya ampunan-Mu

dapat menghapuskan dosa-dosa tersebut sampai tak tersisa."

Wal-hammu 'an kulli ma abghihi asyghalani. Wa qad ata khadi'an wal-qalbu munkasiru.

"Kepayahan dalam usaha mencari apa yg kuharapkan telah menyita banyak waktuku,sekarang aku

datang bersimpuh di hadapan-Mu dalam kehinaan."

Arjuka ya Rabbi fid-daraini tarhamuna. Bijahi man fi yadaihi sabbahal-hajaru.

"Tuhanku,aku memohon agar Engkau mengasihi kali didunia dan akhirat dengan kemuliaan orang

yg batupun bertasbih di tangannya(Nabi Muhammad SAW)."

Ya Rabbi a'zhim lana ajran wa magh-firatan. Fa inna judaka bahrun laisa yanhashiru.

"Ya Tuhanku,besarkan dan limpahkan untuk kami pahala serta ampunan-Mu, karena kemurahan-Mu

bagai lautan tak bertepi."

Waqdhi duyunan lahal-akhlaqu dha-iqatun. Wa farrijil-karba 'anna anta muqtadiru.

"Dan lunaskanlah hutang-hutang kami, yg membuat ruang gerak kami seakan menjadi sempit,dan

bebaskan kami dari kesulitan yg menimpa kami, Engkau Maha kuasa."

Wa kun lathifan bina fi kulli nazilatin. Luthfan jamilan bihil-ahwalu tanhasiru.

"Dan kasihanilah kami pada setiap bencana yg melanda kami, karena dengan kasih-Mu segala yg

menakutkan itu akan sirna."

Bil-mushthafal-mujtaba kahiril-anami waman. Jalalatam nazalat fi madhihis-suwaru.

"Dengan kemuliaan Al-Mushthafa Al-Mujtaba (Rasulullah), sebaik-baik manusia, yg telah turun

ayat-ayat suci berisi pujian dan sanjungan terhadap Rasulullah."

Tsummash-shalatu 'alal-mukhtari ma thala'at. Syamsun-nahari wama qad sya'sya'al qamaru.

"Kemudian sebagai penutup,semoga kasih sayang-Mu selalu terlimpah untuk Al Mukhtar (Yang

Terpilih,Rasulullah), selama matahari masih terbit dan rembulan masih memancarkan sinarnya."

Tsummar-ridha 'an abi bakrin khalifatihi. Man qama min ba'dihi liddini yantashiru.

"Kami memohon pula ridho-Mu untuk Khalifah Abu Bakar,yg telah berjasa mengemban misi agama

ini setelah Beliau tiada hingga berhasil."

Wa 'an abi hafshil-faruqi shahibihi. Man qauluhul-fashlu fi ahkamihi 'umaru.

"Begitu pula untuk Abu Hafsh Al-Faruq Umar bin Khathab, orang yg perkataannya terkenal

selalu benar dan yg tegas dalam berhukum."

Wa jud li 'utsmana dzin-nuraini man kamulat. Lahul-mahasinu fid-daraini wazh-zhafaru.

"Juga untuk Utsman bin Affan Dzun-Nurain (orang yg memiliki dua cahaya), yg memiliki

kebaikan dan kemenangan sempurna dunia dan akhirat."

Kadza 'aliyyun ma'abnaihi wa ummihima. Ahlul-'aba'i kama qad ja'anal-khabaru

"Juga untuk Ali serta kedua putranya dan ibu kedua putranya (Sayidah Fatimah), mereka itu

adalah Ahlul-Aba (keluarga dalam pelukan kasih sayng Nabi) sebagaimana di sebutkan dalam

hadist."

Khadza khadijatunal-kubrallati badzalat. Amwalaha lirasulollahi yantashiru

"Begitu pula untuk Khodijah Al Kubra, wanita yg mengorbankan hartanya untuk dakwah

Rasulullah hingga Beliau meraih kemenangan."

Wath-thahiratu nisa-ul-musthafa wa kadza. Banatuhu wa banuhu kullama dzukiru.

"Dan para wanita suci,istri-istri Nabi Al Musthafa,juga untuk putra dan putri beliau selama

mereka dikenang."

Sa'dun sa'idubnu 'sufin thalhstun wa abu. 'Ubaidata wa zubairun sadatun ghuraru.

"Juga untuk para sahabat Nabi,Sa'ad bin Abi Waqas,Sa'id bin Jubair,Abdurahman bin Auf,

Thalhah bin Ubaidillah,Abu Ubaidah bin Jarrah dan Zubair bin Awwam,pemimpin-pemimpin yg

berwibawa."

Wa Hamzatun wa kadzal-'abbasu sayyiduna. Wanajluhul-habru man zalat bihil-ghiyaru
"Begitu juga untuk Hamzah dan Abbas beserta putranya( Abdullah bin Abbas),seorang ulama yg
dapat menyelesaikan berbagai masalah sesulit apapun."
Wal-alu wash-shahbu wal-atba'u qathi-batan. Ma janna lailud-dayaji au badas-saharu
"Dan untuk keluarga,sahabat, dan pengikutnya selama malam masih beredar,atau selama fajar
masih menyingsing.
Ma'ar-ridha minka fi 'afwin wa 'afiatin. Wa husni khatimatin in yanqadhil-'umru.
"(Semua itu) beserta keridhaan,ampunan,serta kesejahteraan dari-Mu, dan semoga khusnul
khatimah dapat tercapai menjelang ajal nanti."
Read more >> Lihat selengkapny jgn lupa baca bismilah

Syeikh Ahmad Sirhindi


Syeikh Ahmad Sirhindi adalah mutiara dari mahkota pengetahuan para wali. Beliau adalah perbendaharaan yang berharga dari wali terdahulu dan yang akan datang. Di dalam diri beliau terkombinasi semua sifat dan kebaikan mereka.
Syeikh Ahmad Sirhindi adalah Sinai dari perwujudan Ilahi, sidrathul muntaha dari pengetahuan yang unik, dan air terjun dari pengetahuan yang tersembunyi dari para Nabi. Beliau adalah Ulama yang sangat jenius dan Sultan di muka bumi, yang terlahir dalam keadaan tersenyum dan dimuliakan. Beliau adalah pembimbing sempurna yang disempurnakan. Beliau adalah muadzin yang memangil orang-orang ke Hadirat-Nya.
Kutub Utama dan Imam syurgawi yang unik
Syeikh Ahmad menghidupkan agama di milenium ke dua, pemimpin kami dan guru besar kami, putra dari Syeikh Abdul Ahad, putra dari Zain al Abidin, putra dari Abdul Hayy, putra dari Muuhammad, putra dari Habib Allah, putra dari rafiudin, putra dari Nur, putra dari Sulaiman, putra dari Yusuf, putra dari Abdullah, putra dari Ishaq, putra dari abdullah, putra dari Shuayb, putra dari Ahad, putra dari Yusuf , putra dari Shihabudin, putra dari Nasrudin, putra dari Mahmud, putra dari Sulayman, putra dari Masud, putra dari Abdullah al-Waiz al-Saghari, putra dari Abdullah, putra dari abdul Fatah, putra dari Ishaq, putra dari Ibrahim, putra dari Nasir, putra dari Abdullah, putra dari Amirul Muminin, khalifah Nabi Umar al-Faruq ra.
Beliau lahir di hari Asyura, 10 Muharam 971H/1564M, di sebuah desa bernama Sihar Nidbasin. Daerah itu disebut juga Sirhindi atau Lahore , sekarang di Pakistan. Beliau menerima pengetahuan dan pendidikan dari ayahnya dan melalui para Shaykh di zamannya.
Beliau menguasai dengan cepat tiga Jalan spiritual: Suhrarwardi, Chisti, dan Qadiri. Beliau diizinkan untuk mulai membimbing pengikut dari ketiga Jalan tersebut pada usia 17 tahun. Beliau sangat aktif dalam menyebarkan ajaran dari ketiga jalan tersebut dan membimbing pengikutnya, tetapi tetap beliau merasakan ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya dan beliau melakukan pencarian tanpa henti untuk itu.
Beliau tertarik dengan jalan Naqshbandi, karena beliau dapat melihat dengan pengetahuan dari ketiga jalan yang beliau kuasai bahwa Naqshbandi adalah jalan yang paling tinggi.Di dalam proses pencarian spritual ini akhirnya membawa beliau kehadapan Kutub Spritual di zamannya, Shaykh Muhammad al-Baqi, yang dikirim oleh dari Samarqand ke India oleh Shaykh beliau Shaykh Muhammad al-Amkanaki. Beliau mempelajari ajaran Naqshbandi dari shaykh Muhammad Baqi dan tinggal bersama selama dua bulan atau terkadang beberapa hari, hingga tiba saatnya Shaykh Muhammad al-Baqi membukakan hatinya, dan mengisinya dengan ajaran yang tersembunyi dari jalan ini dan memberi izin untuk membimbing murid-muridnya di jalan ini. Shaykh Muhammad al-Baqi berkata tentang diri beliau Dia adalah kutub spiritual tertinggi.

Prediksi tentang beliau

Rasul saw mengatakan dalam salah satu hadistnya:
Akan ada seseorang hadir diumatku yang dipanggil dengan silah (penghubung). Dengan syafaatnya akan banyak orang akan diselamatkan. Ini terdapat di kumpulan hadis Suyuti, Jam al-Jawami. Yang membuat ini menjadi hal yang benar adalah ketika Shaykh Ahmad Al-Faruqi berkata tentang dirirnya Allah telah menjadikan diriku silah (penghubung) antara dua samudera ini berarti bahwa Allah swt telah membuat beliau sebagai penghubung antara dua pengetahuan, yaitu eksternal dan internal.
Shaykh Mir Husamudin berkata:
Aku melihat Rasul saw dalam mimpiku berdiri di mimbar dan memuji Shaykh Ahmad Sirhindi. Rasulullah saw berkata.Aku bangga dan bahagia dengan hadirnya dia di umatku. Tuhan telah menciptakan dia menjadi seorang pembangkit agama.
Para awliya telah memprediksi kemunculan beliau. Salah satunya adalah shaykh Ahmad al Jami, yang berkata:
Setelah aku akan muncul 17 pria dari hamba Allah, semuanya bernama Ahmad, dan yang terakhir dari mereka akan menjadi kepala dari milenium. Dia akan menempati posisi puncak di antara mereka, dia akan menerima pengetahuan yang tersembunyi. Dia akan membangkitkan agama.
Prediksi lainnya adalah dari Shaykh Muhammad al-Amkanaki, yang berkata kepada khalifahnya:
seorang dari India akan muncul. Dia akan menjadi Imam di abadnya. Dia akan engkau latih, segera temui dia, karena para hamba Allah telah menanti kedatangannya.
Muhammad al-Baqi berkata, Itu sebabnya aku pindah dari Bukhara (rusia) ke India ketika mereka bertemu, beliau berkata kepada Shaykh Ahmad al-Faruqi:
Engkau adalah yang dimaksud oleh Shaykh al-Amkanaki.
Ketika aku melihat engkau, aku tahu engkau adalah kutub spiritual di waktumu. Ketika aku memasuki daerah Sirhindi di India, aku menemukan lampu yang sangat besar dan sangat terang hingga cahayanya menggapai Surga. Semua orang mengambil cahaya dari cahaya itu, Engkau adalah lampu itu.
Juga dikatakan oleh shaykh dari ayahnya, shaykh Abdul Ahad, yang saat itu adalah shaykh dari Qadiri, bahwa beliau pernah diberikan sebuah jubah dari shaykhnya sebelumnya yang mewarisi dari pembimbing Agung, shaykh Abdul Qadir Jailani. Beliau berkata kepada penerusnya:
Simpanlah jubah ini untuk seseorang yang akan muncul di akhir milenium pertama. Namanya Ahmad. Dia akan membangkitkan agama. Aku telah menghiasi dia dengan seluruh rahasiaku. Dia akan mengkombinasikan di dalam dirinya pengetahuan internal dan eksternal.
Pencarian sang Raja dan Raja pencari

Pandangan dan Pendakian Spiritual Beliau

Shaykh Ahmad al Faruqi berkata:
Untuk engkau ketahui bahwa sesungguhnya para penjaga Surgawi menarik perhatian diriku karena mereka ingin aku tertarik kepada mereka. Mereka mempersiapkan diriku dalam perjalanan menembus ruang dan waktu di berbagai tingkatan dari para pencari. Aku menemukan bahwa Tuhan adalah esensi dari semua materi, sebagaimana orang-orang sufi telah menyatakannya.
Kemudian aku menemukan Tuhan di dalam setiap materi tanpa adanya inkarnasi. Aku menemukan Tuhan bersama semua materi. Aku melihat Tuhan di atas segalanya.
Kemudian aku melihat Tuhan dan aku tidak melihat ada yang lain. Ini adalah maksud dari kesaksian atas keEsaan ,yang juga merupakan tingkatan nihil (non eksistensi/fana). Ini adalah tingkat pertama dalam kewalian, dan merupakan tingkatan tertinggi di permulaan Jalan ini. Panorama ini muncul pertama di horison, kemudian di dalam diriku. Kemudian aku diangkat ke tingkat kekekalan (eksistensi/baqa), ini adalah tingkat ke dua dalam kewalian.
Ini adalah level dimana para wali banyak yang tidak membicarakannya karena mereka tidak menggapainya.
Mereka semua berbicara tentang level nihil (non eksistensi/fana), tetapi setelah tingkatan ini adalah level kekekalan (eksistensi/baqa). Di level ini aku menemukan esensi dari semua ciptaan adalah Tuhan dan esensi dari Tuhan adalah esensi dari diriku. Aku menemukan Tuhan disemua bentuk tetapi dalam realitasnya di dalam diriku. Aku diangkat ke tingkat yang lebih tinggi, untuk menemukan bahwa Tuhan bersama dengan semua ciptaan, tetapi dalam realitasnya Dia dengan diriku.
Kemudian aku diangkat untuk melihat bahwa Dia mendahului segalanya, tetapi sesungguhnya Dia mendahului diriku. Aku kemudian diangkat lagi ke tingkatan bahwa Tuhan mengikuti segalanya. Tetapi dalam realitas Dia mengikuti aku. Aku melihat Dia di dalam semua ciptaan namun realitasnya Dia di dalam diriku. Kemudian aku melihat semua ciptaan dan aku tidak melihat Tuhan dan ini adalah akhir dari semua tingkatan kewalian dimana mereka membawa aku kembali ke permulaan. Kesimpulannya, mereka mengangkat diriku ke level nihil (non eksistensi/fana), kemudian ke level kekalan (eksistensi/baqa), kemudian mereka membawaku kembali ke level umum (awam) ini adalah level tertinggi dalam membimbing umat ke hadirat Ilahi. Ini adalah tingkat sempurna dalam bimbingan, karena cocok dengan tingkat pemahaman manusia.
Aku telah menemani hari ini seseorang yang telah menggapai akhir dari akhir, kutub spiritual dari semua ciptaan, manusia yang sempurna, shaykh Muhammad al-Baqi. Melalui diri beliau aku menerima berkah luar biasa. Dengan berkahnya aku dianugerahi kekuatan untuk menarik perhatian yang mengijinkan aku untuk menyentuh semua manusia yang telah Tuhan ciptakan. Aku telah diberikan kehormatan untuk mencapai suatu tingkat yang mengkombinasi tingkatan akhir dan tingkatan awal.
Aku telah mencapai semua tingkat dari para pencari dan aku telah mencapai akhir, ini adalah makna dari mencari nama dari ar-Rabb (Yang Maha Mendukung) dengan dukungan dari singa Allah (Asad Allah), Ali Bin Abi Thalib ra, semoga Allah memberkahi wajahnya. Aku diangkat ke tingkat Singgasana Ilahi, ini adalah tingkatan Realitas dari kebenaran Muhammad saw. Dengan dukungan Shaykh Bahauddin Naqshband. Kemudian aku diangkat lebih tinggi lagi , ke tingkat keindahan, ini adalah level kebenaran (haqiqi) dari kutub spiritual Muhammad saw, dengan dukungan ruh Nabi yang suci.
Aku didukung oleh shaykh Alauddin al Attar, dari beliau aku menerima tingkatan dari kutub spritual terbesar dari Hadirat Muhammad saw. Kemudian perhatian surgawi dari Allah menarik diriku. Kemudian aku mendaki menuju sebuah tingkatan yang jauh sebelum kutub spiritual, spesial, dan tingkatan keaslian. Di sini dukungan dari pemberi syafaat Agung , shaykh Abdul Qadir Jailani, mendorong aku ke tingkatan keaslian dari yang asli.
Kemudian aku diperintahkan untuk kembali ke bawah, selama dalam perjalanan menurun, aku melewati semua 39 Jalan spiritual yang berbeda dari Naqshbandi dan Qadiri. Aku melihat tingkatan semua shaykh dari Jalan tersebut. Mereka menyambut dan memberi penghormatan kepadaku. Mereka kemudian memberikan kepadaku semua perbendaharaan dan pengetahuan mereka yang berharga, yang menyebabkan terbukanya tabir dari realitas yang belum pernah sebelumnya diungkapkan kepada orang lain di zamanku. Kemudian dalam perjalanan kembali, aku bertemu Khidir as, beliau menghiasai diriku dengan pengetahuan surgawi sebelum aku mencapai tingkat kutub spiritual.
Aku mendaki di berbagai waktu. Suatu saat aku mendaki di atas singgasana Ilahi. Aku diangkat sejauh jarak yang sama dengan antara singgasana Ilahi dengan bumi.
Di sana aku melihat tempat Shah Naqshband q. kemudian aku melihat di bawah tempat beliau yaitu tempat dari berbagai shaykh. Aku melihat di atas beliau tempat imam dari keluarga Rasul saw dan para khalifah yang adil. Aku melihat tempat para Nabi di satu sisi dan di sisi lainnya Nabi kita Muhammad saw. Aku melihat semua malaikat mengelilingi mereka. Pendakian seperti ini sering terjadi pada diriku.

Tentang Perjalanan Hidupnya

Abu Dawud, di dalam kitab hadist yang otentik, Rasul saw berkata:di setiap permulaan abad, Allah akan mengirimkan seseorang untuk membangkitkan agama demikian, adalah berbeda antara pembangkit setiap abad dan pembangkit setiap milenium. Ini seperti perbedaan seratus dengan seribu.
Ahmad al- Faruqi berkata:
Dalam suatu panorama spiritual, Rasul saw memberikan kabar baik kepadaku; engkau akan menjadi pewaris spiritual dan Allah akan memberikan otoritas untuk memberi syafaat atas ratusan ribu orang pada saat hari kiamat nanti. Beliau meletakkan tangannya yang mulia pada diriku dan memberikan otoritas untuk membimbing umat, dan beliau berkata kepada ku, Belum pernah sebelumnya aku memberikan otoritas untuk membimbing umat.
Pengetahuan yang muncul dariku berasal dari level kewalian. Aku menerimanya dari cahaya Nabi Muhammad saw. Para wali biasa tidak mampu mengemban pengetahuan seperti ini, karena ini di luar pengetahuan para wali.
Ini adalah esensi dari pengetahuan agama dan esensi dari pengetahuan tentang esensi Tuhan dan atributnya.
Tidak seorangpun sebelumnya membicarakan hal ini dan Tuhan telah menganugerahi aku untuk menjadi pembangkit agama di milenium ke dua ini.
Allah telah mengungkapkan kepadaku rahasia-rahasia dari KeEsaan yang Mutlak, Dia mencampurkan ke dalam hatiku berbagai macam pengetahuan spiritual dan penjelasannya. Dia mengungkapkan kepadaku rahasia-rahasia dari ayat-ayat al-Quran sehingga dari setiap huruf aku dapat menemukan samudera pengetahuan yang mengarah kepada Zat Tuhan yang Maha Tinggi, Maha Kuasa dan Agung. Jika saja aku mengeluarkan makna dari satu kata al-Quran, maka orang-orang akan memenggal leherku, seperti yang telah mereka lakukan kepada al Hallaj dan Ibnu Arabi. Ini adalah maksud dari hadist dari Rasulullah saw, di dalam Bukhari, dinarasikan oleh Abu Huraira ra,Nabi saw telah mencampurkan ke dalam hatiku dua macam pengetahuan , satu untuk aku sampaikan kepada lainnya, dan yang yang satu lagi jika aku keluarkan maka mereka akan memenggal leherku.
Allah Yang Maha Kuasa dan Agung, telah menunjukan kepadaku semua nama yang akan memasuki Jalan kami ini, dari zaman Abu Bakar as Shidiq hingga hari kiamat nanti, baik laki-laki atau perempuan, semuanya akan memasuki Surga, dengan perantaran syafaat dari para Shaykh di Jalan ini.
Al Mahdi as akan menjadi salah satu pengikut Jalan ini.
Suatu hari aku berada bersama pengikutku berdzikir bersama. Terasa di hatiku aku telah melakukan kesalahan. Kemudian Tuhan membukakan mataku,Aku telah mengampuni siapapun yang duduk bersamamu dan siapa saja yang meminta perantaraan darimu Allah swt telah menciptakan aku dari sisa cahaya penciptaan Nabi Muhammad saw.
Kabah terkadang datang dan melakukan tawaf mengelilingiku.
Allah Yang Maha Kuasa, berkata kepadaku, siapa saja yang telah engkau shalat jenazah akan diampuni dan siapa saja yang bercampur tanah kuburannya dengan kuburanmu, akan diampuni.
Allah swt berkata, Aku telah memberikan anugerah spesial dan kesempurnaan yang tidak seorangpun akan menerimanya hingga saatnya Imam Mahdi as muncul Allah swt memberikan kepadaku kekuatan luar biasa untuk membimbing. Jika aku arahkan kepada pohon yang mati niscaya pohon itu akan menjadi hijau.

Keajaiban Beliau

Salah satu shaykh besar menulis surat kepada beliau Adakah para Sahabat menerima pengetahuan seperti tingkat yang engkau telah capai dan bicarakan? jika begitu, adakah mereka menerimanya langsung pada saat yang sama atau di berbagai waktu terpisah?. Ahmad Al-Faruqi menjawab, Aku tidak bisa memberikan sebuah jawaban sekarang kecuali engkau bersedia datang ke tempatku Ketika Shaykh itu datang, seketika itu juga beliau membuka hijab hakikat spiritual kepada Shaykh tersebut dan membersihkan kegelapan dari hatinya hingga Shaykh tersebut jatuh bersujud di kaki beliau dan berkata, Aku percaya, aku percaya! Aku bisa melihat sekarang bahwa para Sahabat menerimanya hanya dengan melihat Rasulullah saw.
Suatu saat Ahmad al-Faruqi diundang di bulan puasa, Ramadan, oleh sepuluh muridnya untuk berbuka bersama dengan mereka. Beliau menerima semua undangan tersebut. Ketika saat buka puasa bersama tiba, beliau hadir di setiap rumah muridnya, berbuka bersama dan mereka semua melihat beliau di waktu yang sama.
Beliau melihat ke langit dan saat itu hujan. Beliau berkata,wahai hujan, berhentilah dari jam ini hingga ke jam ini hujan berhenti tepat sesuai dengan waktu yang beliau katakan dan setelah itu hujan turun kembali.
Raja memerintahkan seseorang untuk dieksekusi.
Laki-laki itu datang kepada Shaykh Ahmad al-Faruqi dan berkata Mohon tulislah surat agar aku dibebaskan dari eksekusi beliau menulis ke Sultan, Jangan eksekusi laki-laki ini. Sultan sangat takut dan mengampuni orang itu.
Shaykh Ahmad al Faruqi berkata:
Aku telah bertemu secara spiritual dengan Imam Abu Hanifa, seluruh guru, dan seluruh muridnya. Aku belajar dari Imam Abu Hanifa dan mereka tentang mazhab Hanafi. Dan aku telah bertemu dengan Imam Shafii, seluruh guru dan muridnya, dan aku telah mempelajari dari mereka mazhab shafii, aku menjadi ahli di kedua mazhab tersebut dan aku bisa memberikan penilaian dari dua mazhab tersebut.
Aku diberi wewenang untuk melakukan inisiasi dalam tiga jalan sufi: Naqshbandi, Suhrawardi dan Chisti.
Beliau sangat terkenal sebagai cendikiawan, sehingga membuat ulama berpengetahuan eksternal (ulama fiqih) di zamannya menjadi cemburu. Mereka mengadu kepada raja dan mengatakan Dia telah mengatakan sesuatu yang tidak ada di dalam agama mereka memaksa Raja untuk memenjarakannya. Beliau dipenjara selama tiga tahun.
Putra beliau, shaykh Sayyid berkata,Beliau berada dalam penjagaan yang ketat. Penjaga berkeliling setiap saat di setiap sudut ruangan. Tetap saja setiap Jumat beliau terlihat di mesjid besar. Meski penjagaan semakin diperketat, beliau selalu menghilang dan muncul di mesjid akhirnya mereka memahami bahwa mereka tidak bisa memenjarakannya dan melepaskannya.

Dari Buku-buku Karya Beliau

Shaykh Ahmad faruqi menulis banyak buku, salah satunya yang terkenal adalah Maktubat di dalamnya beliau menulis:
Untuk diketahui bahwa sesungguhnya Allah swt telah meletakan kepada kita kewajiban dan larangan-Nya. Allah berfirman Apapun yang Rasulullah berikan kepadamu, ambilah, dan apapun yang beliau tahan darimu, tinggalkanlah (59,7). Jika kita ingin jujur dalam hal ini, berarti kita harus menggapai tingkatan non eksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan. Tanpa ini kita tidak akan mencapai tingkat kepatuhan, sebab itu kita dibawah kewajiban lainnya, yaitu mencari Jalan Sufisme, karena Jalan ini akan membimbing kita menuju tingkatan non eksistensi dan kecintaan kepada Dzat Tuhan. Setiap Jalan mempunyai cara yang berbeda dalam soal kesempurnaan, tetap saja setiap Jalan mengajarkan untuk selalu menjaga sunnah dari Nabi Muhammad saw dan mempunyai definisi sendiri tentang itu. Jalan kita, melalui para shaykhnya, membutuhkan kita untuk menjaga seluruh sunnah dari Nabi Muhammad saw dan meninggalkan hal-hal yang dilarang. Para Shaykh kita tidak mengikuti jalan yang mudah melainkan bertahan untuk untuk melalui jalan yang sulit. Di dalam setiap pencarian, mereka selalu menjaga arti dari ayat yaitu orang yang tidak lalai mengingat Tuhan walaupun sedang berniaga atau jual beli (24,37)
Di dalam perjalanan untuk mengungkapkan Tabir Hakikat Ilahi, para pencari bergerak melalui beragam tingkat pengetahuan dan kedekatan kepada Tuhan. Bergerak menuju Allah adalah perpindahan secara vertikal dari tingkatan yang rendah menuju tingkatan yang tinggi hingga pergerakan itu melewati batas ruang dan waktu dan semua tingkat bercampur menjadi yang disebut Pengetahuan yang dibutuhkan dari Tuhan ini juga disebut non eksistensi (fana). Bergerak di dalam Allah, adalah tingkat di mana para pencari bergerak dari tingkatan Nama dan Atribut Ilahi menuju tingkat yang sulit untuk dideskripsikan dengan tanda dan kata. Ini adalah tingkat dari Kekekalan di dalam Allah swt(baqa)
Bergerak dari Allah, adalah tingkat dimana para pencari kembali dari kehidupan surgawi menuju kehidupan sebab dan akibat, berjalan menurun dari pengetahuan yang tertinggi menuju tempat terendah. Di sini seorang pencari akan melupakan Allah dengan Allah dan dia mengetahui Allah dengan Allah dan dia akan kembali dari Allah menuju Allah. Ini disebut tingkatan terjauh dan terdekat.
Bergerak di dalam materi adalah bergerak bersama seluruh ciptaan. Ini menambah pengetahuan mengenai kedekatan seluruh elemen dan tingkatan di dunia ini setelah musnah di tingkat nihil (non eksistensi/fana).
Di sini para pencari bisa meraih tingkatan bimbingan, dan ini adalah tingkatan para Nabi dan orang-orang yang mengikuti jejak dari Nabi Muhammad saw. Ini membawa pengetahuan Ilahi ke dalam dunia seluruh ciptaan untuk menegakkan bimbingan.
Seluruh proses ini seperti memasukan benang ke jarum.
Benang mencari mata jarum, melewati dan balik kembali ke titik awal, dan akhirnya bertemu dua ujungnya, membentuk simpul dan membuat benang tidak terlepas.
Semuanya membentuk secara keseluruhan, benang, mata, dan jarum dan setiap bahan yang dijahit menjadi bentuk yang menyatu.
Para Shaykh Naqshbandi memilih untuk membimbing para muridnya, pertama melalui pergeraakan dari Allah, berjalan dari tempat tertinggi menuju tempat terendah.
Ini berguna untuk menjaga terungkapnya hijab panorama spiritual dari para murid, baru kemudian melepaskan hijab tersebut pada langkah terakhir. Jalan Spiritual yang lain memulai dari perjalanan menuju Allah, bergerak dari tempat terendah menuju tempat tertinggi, serta melepaskan hijab panorama spiritual pada langkah pertama.
Telah disebutkan di dalam hadist dari Nabi Muhammad saw,Para ulama adalah pewaris dari para Nabi. Pengetahuan para Nabi ada dua macam: pengetahuan tentang hukum-hukum dan pengetahuan rahasia. Para ulama tidak bisa disebut pewaris jika dia tidak mewarisi kedua pengetahuan tersebut. Jika dia hanya menguasai satu macam pengetahuan, maka dia tidak komplit. Pewaris sejati sesungguhnya adalah yang menguasai pengetahuan dari hukum-hukum dan pengetahuan rahasia dari para Nabi, dan hanya para Wali yang menerima dan dilindungi warisannya. Shaykh Ahmad al-Faruqi meninggalkan banyak buku.
Beliau meninggal pada tanggal 17 Safar 1034H/1624M, pada usia 63 tahun. Beliau dikuburkan di desa Sirhindi. Beliau adalah shaykh dari empat jalan sufi: Naqshbandi, Qadiri, Chisti dan Suhrawardi. Beliau lebih memilih Naqshbandi, karena beliau berkata Naqshbandi adalah ibu dari semua jalan sufi beliau memberikan rahasia dari mata rantai emas (Golden Chain) kepada shaykh Muhammad Masum.
Read more >> Lihat selengkapny jgn lupa baca bismilah

Sulthonul Auliya Shaykh Nazim al-Haqqani qs

Beliau dilahirkan di Larnaca, Siprus, pada hari Minggu, tanggal 23 April 1922 – atau 26 Shaban 1340 H. Dari sisi ayah, beliau adalah keturunan Abdul Qadir Jailani, pendiri thariqat Qadiriah. Dari sisi ibunya, beliau adalah keturunan Jalaluddin Rumi, pendiri thariqat Mawlawiyyah, yang juga merupakan keturunan Hassan-Hussein (as ) cucu Nabi Muhammad saw. Selama masa kanak-kanak di Siprus, beliau selalu duduk bersama kakeknya, salah seorang syaikh thariqat Qadiriah untuk belajar spiritualitas dan disiplin. Tanda-tanda luar biasa telah nampak pada syaikh Nazim kecil, tingkah lakunya sempurna. Tidak pernah berselisih dengan siapapun, beliau selalu tersenyum dan sabar. Kedua kakek dari pihak ayah dan ibunya melatih beliau pada jalan spiritual.
Ketika remaja, Shaykh Nazim sangat diperhitungkan karena tingkat spiritualnya yang tinggi. Setiap orang di Larnaca mengenal beliau, karena dengan umur yang masih amat muda mampu menasihati orang-orang, meramal masa depan dan dengan spontan membukanya. Sejak umur 5 tahun sering ibundanya mencarinya, dan didapati beliau sedang berada didalam masjid atau di makam Umm Hiram, salah satu sahabat Nabi Muhammad (saw) yang berada di sebelah masjid. Banyak sekali turis mendatangi makam tersebut karena tertarik akan pemandangan sebuah batu yang tergantung diatas makam itu.
Ketika sang ibu mengajaknya pulang, beliau mengatakan :
” Biarkan aku disini dengan Umm Hiram, beliau adalah leluhur kita.”
Biasanya terlihat syaikh Nazim sedang berbicara, mendengarkan dan menjawab seperti berdialog dengannya. Bila ada yang mengusiknya, beliau katakan :
“ Biarkan aku berdialog dengan nenekku yang ada di makam ini.”
Ayahnya mengirim beliau ke sekolah umum pada siang hari dan sorenya belajar ilmu-ilmu agama. Beliau seorang yang jenius diantara teman-temannya. Setelah tamat sekolah ( setara SMU ) syaikh Nazim menghabiskan malam harinya untuk mempelajari thariqat Mawlawiyyah dan Qadiriah. Beliau mempelajari ilmu Shariah, Fiqih, ilmu tradisi, ilmu logika dan Tafsir Qur’an. Beliau mampu memberikan penjelasan hukum tentang masalah-masalah Islam secara luas. Beliau juga mampu berbicara bagi orang-orang dari segala tingkatan spiritual. Beliau di beri kemampuan untuk menjelaskan masalah-masalah yang sulit dalam bahasa yang jelas dan mudah.
Setelah tamat SMA di Siprus, syaikh Nazim pindah ke Istambul pada tahun 1359 H / 1940, dimana kedua saudara laki-laki dan seorang saudara perempuannya tinggal. Beliau belajar tehnik kimia di Universitas Istambul, di daerah Bayazid. Pada saat yang sama beliau memperdalam hukum Islam dan bahasa Arab pada guru beliau, syaikh Jamaluddin al-Lasuni, yang meninggal pada th 1375 H / 1955 M. Shaykh Nazim meraih gelar sarjana pada tehnik kimia dengan hasil memuaskan dibanding teman-temannya. Ketika Professor di universitasnya memberi saran agar melakukan penelitian, beliau katakan,” Saya tidak tertarik dengan ilmu modern. Hati saya selalu tertarik pada ilmu-ilmu spiritual.”
Selama tahun pertama di Istambul, beliau bertemu dengan guru spiritual pertamanya, Shaykh Sulayman Arzurumi, seorang syaikh dari thariqat Naqsybandi yang meninggal pada th. 1368 H / 1948 M. Sambil kuliah syaikh Nazim belajar pada beliau sebagai tambahan dari ilmu thariqat yang telah dimilikinya yaitu Mawlawiyyah dan Qadiriah. Biasanya beliau akan terlihat di masjid sultan Ahmad, bertafakur sepanjang malam. Syaikh Nazim menuturkan :
“Disana aku menerima barakah dan kedamaian hati yang luar biasa. Aku shalat subuh bersama kedua guruku, Shaykh Sulayman Arzurumi dan shaykh Jamaluddin al-Lasuni. Mereka mengajariku dan meletakkan ilmu spiritual dalam hatiku. Aku mendapat banyak penglihatan spiritual agar pergi menuju Damaskus, tapi hal itu belum diizinkan. Sering aku melihat Nabi Muhammad memanggilku menuju ke hadapannya. Ada hasrat yang mendalam agar aku meninggalkan segalanya dan untuk pindah menuju kota suci Nabi.
Suatu hari ketika hasrat hati ini semakin kuat, aku diberi “penglihatan” itu. Guruku , Shaykh Sulayman Arzurumi datang dan menepuk pundakku sambil mengatakan,’Sekarang sudah turun izin. Rahasia-rahasia, amanat, dan ajaran spiritualmu bukan ada padaku. Aku menahanmu karena amanat sampai engkau siap bertemu dengan guru sejatimu yang juga guruku sendiri yaitu Syaikh Abdullah ad-Daghestani. Beliau pemegang kunci-kuncimu. Temui beliau di Damaskus. Izin ini datang dariku dan berasal dari Nabi.’ ( Shaykh Sulayman Arzurumi adalah salah satu dari 313 awliya thariqat Naqsybandi yang mewakili 313 utusan. )
Bayangan itupun berakhir. Aku mencari guruku untuk menceritakan pengalaman itu. Dua jam kemudian aku melihat syaikh menuju masjid, aku berlari menghampirinya. Beliau membuka kedua tangannya dan berkata,
” Anakku, bahagiakah engkau dengan penglihatan itu ?” Aku sadar bahwa beliau juga telah mengetahui segalanya. “Jangan tunggu lagi, segera berangkat ke Damaskus.” Beliau bahkan tidak memberiku alamat atau informasi lain, kecuali sebuah nama : Syaikh Abdullah ad-Daghestani di Damaskus.
Dari Istambul ke Aleppo aku naik kereta. Selama perjalanan aku masuk dari satu masjid ke masjid lain, shalat, duduk dengan para ulama dan menghabiskan waktu untuk ibadah dan tafakur.
Kemudian aku menuju Hama, kota kuno mirip Aleppo. Aku berusaha untuk langsung menuju Damaskus, namun mustahil. Perancis yang saat itu menduduki Damaskus sedang mempersiapkan diri akan serangan pihak Inggris. Jadi aku pergi ke Homs dimana ada makam Khalid bin walid, sahabat Nabi. Ketika aku memasuki masjid untuk shalat, seorang pelayan mendatangiku dan mengatakan :
‘ Aku bermimpi tadi malam, Nabi mendatangiku. Beliau mengatakan : “Salah satu cucuku akan datang esok hari. Jagalah dia demi aku.” Beliau memberi petunjuk bagaimana ciri-ciri cucu beliau yang sekarang aku lihat semuanya ada pada dirimu.’
Dia memberiku sebuah kamar didalam masjid itu dimana aku menetap selama setahun. Aku tidak pernah keluar kecuali untuk shalat dan duduk ditemani 2 ulama Homs yang mumpuni, mereka mengajar bacaan Al-Qur’an, tafsir, fiqih dan tradisi-tradisi Islam. Mereka adalah Shaykh Muhammad Ali Uyun as-Sud dan shaykh Abdul Aziz Uyun as-Sud. Disana, aku juga mengikuti pelajaran-pelajaran dari dua syaikh Naqsybandi, Shaykh Abdul Jalil Murad dan Shaykh Said as-Suba’i. Hatiku semakin menggebu untuk segera tiba di Damaskus, namun karena perang masih berkecamuk maka kuputuskan untuk menuju Tripoli di Lebanon, dari sana menuju Beirut lalu ke Damaskus lewat jalur yang lebih aman.
Pada tahun 1364 AH / 1944 M, Syaikh Nazim pergi ke Tripoli dengan bis. Bis ini membawa beliau sampai ke pelabuhan yang masih asing, dan tidak seorangpun dikenalnya. Ketika berjalan mengelilingi pelabuhan, beliau melihat seseorang dari arah berlawanan. Orang itu adalah Mufti Tripoli yang bernama Shaykh Munir al-Malek. Beliau juga merupakan shaykh atas semua thariqat sufi di kota itu.
“ Apakah kamu shaykh Nazim ? aku bermimpi dimana Nabi mengatakan, ‘Salah satu cucuku tiba di Tripoli.’ Beliau tunjukkan gambaran sosokmu dan menyuruhku mencarimu di kawasan ini. Nabi menyuruhku agar menjagamu. “
Syaikh Nazim memaparkan hal ini :
Aku tinggal dengan syaikh Munir al-Malek selama sebulan. Beliau mengatur perjalananku menuju Homs untuk kemudian dilanjutkan ke Damaskus. Aku tiba di Damaskus pada hari Jum’at th. 1365 H / 1945 awal tahun Hijriah. Aku tahu bahwa Syaikh Abdullah ad-Daghestani tinggal di wilayah Hayy al-Maidan, dekat dengan makam Bilal al-Habashi dan banyak keturunan dari keluarga Nabi. Sebuah daerah kuno yang penuh dengan monumen-monumen bersejarah.
Akupun tidak tahu yang mana rumah syaikh Abdullah. Sebuah penglihatan datang ketika aku berdiri di pinggir jalan; syaikh keluar dari rumahnya dan memanggilku untuk masuk. Penglihatan itu segera lenyap, dan tetap tak kulihat siapapun di jalanan. Keadaan tampak senyap akibat invasi orang-orang Perancis dan Inggris. Penduduk ketakutan dan bersembunyi didalam rumah masing-masing. Aku sendirian dan mulai berkontemplasi didalam hati untuk mengetahui yang mana rumah syaikh Abdullah. Sekilas gambaran itu muncul, sebuah rumah dengan sebuah pintu yang spesifik. Aku berusaha mencari sampai akhirnya ketemu. Ketika akan kuketuk, syaikh membuka pintu rumah menyambutku, ” Selamat datang anakku, Nazim Effendi.”
Penampilannya yang tidak biasa segera menarik hatiku. Tidak pernah aku bertemu dengan syaikh yang seperti itu sebelumnya. Cahaya terpancar dari wajah dan keningnya. Kehangatan yang berasal dari dalam hatinya dan dari senyuman di wajahnya. Beliau mengajakku ke lantai atas dengan menaiki tangga didalam kamar beliau , “ Kami sudah menunggumu.”
Didalam hati, aku sangat bahagia bersamanya, namun masih ada hasrat untuk mengunjungi kota Nabi. Aku bertanya pada beliau,
” Apa yang harus kulakukan ?” Beliau menjawab,” Besok akan aku beri jawaban, sekarang waktumu untuk istirahat !” Beliau menawari makan malam lalu kami shalat Isya berjamaah, kemudian tidur.
Pagi-pagi sekali beliau membangunkan aku untuk melakukan shalat. Tidak pernah aku merasakan kekuatan luar biasa seperti cara beliau beribadah. Aku merasa sedang berada dihadapan Ilahi dan hatiku semakin tertarik akan beliau. Kembali sebuah ‘penglihatan’ terlintas. Aku melihat diriku sendiri menaiki sebuah tangga dari tempat kami shalat menuju ke Bayt al-Mamur, Ka’bah surgawi, setingkat demi setingkat. Setiap tingkat yang kulalui adalah maqam yang diberikan syaikh kepadaku. Di setiap maqam aku menerima pengetahuan didalam hatiku yang sebelumnya tidak pernah aku dengar ataupun aku pelajari. Kata-kata, frase, kalimat diletakkan sekaligus dalam cara yang indah, di alirkan menuju ke dalam hatiku, dari maqam ke maqam sampai terangkat menuju Bayt al-Makmur. Disana aku melihat 124.000 (seratus dua puluh empat ribu) Nabi-nabi berbaris melakukan shalat, dan Nabi Muhammad sebagai imamnya.
Aku melihat 124.000 ( seratus dua puluh empat ribu ) sahabat Nabi yang berbaris dibelakang beliau. Aku melihat 7007 ( tujuh ribu tujuh ) awliya thariqat Naqsybandi berdiri dibelakang mereka sedang shalat. Aku juga melihat 124.000 ( seratus dua puluh empat ribu ) awliya thariqat lain berbaris melaksanakan shalat.
Sebuah tempat sengaja disisakan untuk dua orang tepat disebelah Abu Bakr as-Siddiq. Grandsyaikh mengajakku menuju tempat itu dan kamipun shalat subuh. Suatu pengalaman beribadah yang sangat indah. Ketika Nabi memimpin shalat itu, bacaan yang dikumandangkan beliau sungguh syahdu. Tidak ada kata-kata yang mampu melukiskan pengalaman itu, sesuatu yang Ilahiah.
Begitu shalat selesai, penglihatan itupun berakhir, tepat ketika syaikh menyuruhku untuk melakukan adhan subuh. Beliau shalat didepan dan aku dibelakangnya. Dari arah luar aku mendengar suara peperangan antar 2 pihak pasukan tentara. Grandsyaikh segera mem-baiat-ku didalam thariqat Naqsybandi, kata beliau : ‘Anakku, kami punya kekuatan untuk bisa membuat seorang murid mencapai maqamnya dalam waktu sedetik saja.’ Sambil melihat ke arah hatiku, kedua mata beliau berubah dari kuning menjadi merah, lalu berubah putih, kemudian hijau dan akhirnya hitam. Perubahan warna itu berhubungan dengan ilmu-ilmu yang di pancarkan pada hatiku.
Pertama adalah warna kuning yang menunjukkan maqam ‘qalbu’. Beliau alirkan segala jenis pengetahuan eksternal yang diperlukan untuk melaksanakan kehidupan manusia sehari-hari.
Yang kedua adalah maqam ‘rahasia/Sirr’, pengetahuan dari seluruh 40 thariqat yang berasal dari Ali bin Abi Talib. Aku rasakan diriku menjadi pakar dalam seluruh thariqat-thariqat ini. Mata beliau berubah warna menjadi merah saat hal ini terjadi. Tahap yang ketiga adalah tingkatan ‘Sirr as Sirr’ yang hanya diizinkan bagi para syaikh Naqsybandi dengan imamnya Abu Bakr. Saat itu mata grandsyaikh telah berubah menjadi putih.
Maqam keempat yaitu ‘pengetahuan spiritual tersembunyi / khafa’ dimana saat itu mata beliau berubah warna menjadi hijau.
Terakhir adalah tahap akhfa, maqam yang paling rahasia dimana tak ada apapun yang nampak disana. Mata beliau berubah menjadi hitam, dan disinilah beliau mengantarku menuju Hadirat Allah. Kemudian grandsyaikh mengembalikan aku lagi pada eksistensiku semula.
Rasa cintaku pada grandsyaikh begitu meluap, sehingga tidak terbayangkan bila harus berjauhan dengannya. Aku tak menginginkan apapun kecuali agar bisa berdekatan dan melayani beliau selamanya. Namun perasaan damai itu terasa disambar oleh petir, badai dan tornado. Ujian yang sungguh luar biasa dan membuatku putus asa ketika kemudian beliau mengatakan :
‘Anakku, orang-orangmu membutuhkanmu. Aku telah cukup memberimu untuk saat ini. Pergilah ke Siprus hari ini juga.’
Aku jalani satu setengah tahun agar bisa bertemu dengan beliau. Aku lewatkan satu malam bersama beliau . Kini beliau memintaku untuk kembali ke Siprus, sebuah tempat yang telah kutinggalkan selama 5 tahun. Perintah yang amat mengerikan bagiku, namun dalam thariqat sufi, seorang murid harus menyerah pada kehendak syaikh-nya. Setelah mencium tangan dan kaki beliau sambil meminta izin, aku mencoba menemukan jalan menuju Siprus.
Perang Dunia II akan segera berakhir dan sama sekali tidak ada sarana transportasi. Ketika aku sedang memikirkan jalan keluarnya, seseorang menghampiriku, ‘Syaikh, anda butuh tumpangan ?’
‘Ya ! kemana tujuan anda ?’ aku balik bertanya.
‘Ke Tripoli.’ jawabnya. Kemudian dengan truknya, setelah 2 hari perjalanan, kamipun sampai di Tripoli. ‘Antarkan aku sampai pelabuhan.’ kataku
‘Buat apa ?’
‘Agar bisa naik kapal ke Siprus.’
‘Bagaimana bisa ? tak ada yang bepergian lewat laut saat perang seperti ini.’
‘Tidak apa-apa. Antarkan aku kesana.’
Ketika dia menurunkanku di pelabuhan, aku kembali terkejut ketika syaikh Munir al-Malek menghampiriku. Kata beliau : ‘ Cinta macam apakah yang dimiliki kakekmu padamu ? Nabi datang lagi lewat mimpiku dan mengatakan – ‘ Cucuku, si Nazim akan segera tiba, jagalah dia.’
Aku tinggal bersama syaikh Munir selama 3 hari. Aku memintanya untuk mengatur perjalananku sampai ke Siprus. Beliau telah berusaha, namun karena keadaan perang dan minimnya bahan bakar maka hal itu sangat mustahil. Akhirnya hanya ada sebuah perahu. ‘Kamu bisa pergi, tapi amat berbahaya !’ kata syaikh Munir.
‘Tapi aku harus pergi, ini adalah perintah syaikh-ku.’
Syaikh Munir membayar sejumlah besar uang pada pemilik perahu untuk membawaku. Kami berlayar selama 7 hari agar sampai ke Siprus, yang normalnya hanya memakan waktu 2 hari saja dengan perahu motor. Segera setelah sampai di daratan Siprus, penglihatan spiritual terlintas dalam hatiku.
Aku merasa Grandsyaikh Abdullah ad-Daghestani mengatakan padaku,
‘Oh anakku, tidak seorangpun mampu menahanmu membawa amanatku. Engkau telah banyak mendengar dan menerima. Mulai detik ini aku akan selalu dapat terlihat olehmu. Setiap engkau arahkan hatimu padaku, aku akan selalu berada disana. Segala pertanyaan yang engkau ajukan akan dijawab langsung, berasal dari hadirat Ilahi. Segala tingkatan spiritual yang ingin engkau capai, akan dianugerahkan kepadamu karena penyerahan totalmu. Semua awliya puas denganmu, Nabipun bahagia akan dirimu.’
Ketika hal itu terjadi, aku merasakan syaikh ada disisiku dan sejak saat itu beliau tidak pernah meninggalkanku. Beliau selalu berada di sampingku.
Syaikh Nazim mulai menyebarkan bimbingan spiritual dan mengajar agama Islam di Siprus. Banyak murid-murid yang mendatangi beliau dan menerima thariqat Naqsybandi. Namun sayang, waktu itu semua agama dilarang di Turki dan karena beliau berada di dalam komunitas orang-orang Turki di Siprus, agamapun juga dilarang disana. Bahkan mengumandangkan adhanpun tidak diperbolehkan.
Langkah beliau yang pertama adalah menuju masjid di tempat kelahirannya dan mengumandangkan adhan disana, segera beliau dimasukkan penjara selama seminggu. Begitu dibebaskan, syaikh Nazim pergi menuju masjid besar di Nicosia dan melakukan adhan di menaranya. Hal itu membuat para pejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran hukum. Sambil menunggu sidang, syaikh Nazim terus mengumandangkan adhan di menara-menara masjid seluruh Nicosia. Sehingga tuntutanpun terus bertambah, ada 114 kasus yang menunggu beliau. Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan adhan, namun syaikh Nazim mengatakan : “ Tidak, aku tidak bisa. Orang-orang harus mendengar panggilan untuk shalat.”
Hari persidangan tiba. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, beliau bisa dihukum 100 tahun penjara. Pada hari yang sama hasil pemilu diumumkan di Turki. Seorang laki-laki bernama Adnan Menderes dicalonkan untuk berkuasa. Langkah pertama dia ketika terpilih menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid dan mengijinkan adhan dalam bahasa Arab. Itulah keajaiban syaikh kita.
Selama bertahun-tahun disana, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh penjuru Siprus. Beliau juga mengunjungi Lebanon, Mesir, Saudi Arabia dan tempat-tempat lain untuk mengajar thariqat Sufi. Syaikh Nazim kembali ke Damaskus pada th. 1952 ketika beliau menikahi salah satu murid grandsyaikh Abdullah yaitu Hajjah Amina Adil. Sejak saat itu beliau tinggal di Damaskus dan mengunjungi Siprus setiap tahunnya, yaitu selama 3 bulan pada bulan Rajab, Shaban, dan Ramadhan.
Syaikh Nazim dan keluarganya tinggal di Damaskus, dan keluarganya selalu menyertai bila syaikh Nazim pergi ke Siprus. Syaikh Nazim mempunyai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.
Perjalanan Syaikh Nazim
Syaikh Nazim pergi haji setiap tahunnya untuk memimpin kelompok orang-orang Siprus. Beliau melaksanakan ibadah haji sebanyak 27 kali. Beliau menjaga murid-muridnya dan sebagai pengikut grandsyaikh Abdullah.
Suatu saat grandsyaikh mengatakan padanya agar pergi ke Aleppo dari Damaskus dengan berjalan kaki, dan berhenti di setiap desa untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, ajaran sufisme dan ajaran Islam. Jarak antara Damaskus menuju Aleppo sekitar 400 kilometer. Butuh waktu lebih dari satu tahun untuk perjalanan pergi dan kembali. Syaikh Nazim berjalan kaki selama satu atau dua hari. Ketika sampai di sebuah desa, beliau tinggal disana selama seminggu untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, memimpin dzikir, melatih penduduk dan melanjutkan perjalanan beliau sampai ke desa selanjutnya. Nama beliaupun mulai terdengar di setiap lidah orang-orang, mulai dari perbatasan Yordania sampai perbatasan Turki dekat Aleppo.
Hal yang sama diperintahkan dan dijalankan oleh syaikh Nazim agar berjalan kaki ke Siprus. Dari desa satu menuju desa lainnya, menyeru orang agar kembali pada Tuhannya dan meninggalkan segala materialisme, sekularisme dan atheisme.
Beliau amat dicintai diseluruh Siprus, dan masyur dengan sebutan ‘Syaikh Nazim berturban hijau / Syaikh Nazim Yesilbas’ karena turban dan jubahnya yang berwarna hijau.
Beliau sering mengunjungi Lebanon, dimana kami mengenal beliau. Pada th. 1955, aku berada di kantor pamanku, yang menjabat sebagai sekjen urusan agama di Lebanon, sebuah jabatan yang tinggi dalam Pemerintahan. Ketika itu tiba waktunya shalat Ashar dan pamanku, Syaikh Mukhtar Alayli sering shalat di masjid al-Umari al-Kabir di Beirut. Disana ada juga gereja pada masa Umar bin al-Khattab, yang telah berubah menjadi masjid pada masa beliau. Di bawah tanah masjid masih terdapat fondasi gereja. Pamanku menjadi imam dan aku beserta dua saudaraku shalat dibelakang beliau.
Seorang syaikh datang dan shalat disebelah kami. Kemudian orang itu melihat kedua kakakku dan menyebut nama-nama mereka, selanjutnya menoleh ke arahku dan menyebutkan namaku. Kami amat terkejut, karena kami tidak saling mengenal sebelumnya. Pamanku juga tertarik pada beliau. Itulah pertama kali kami bertemu syaikh Nazim. Kakak tertuaku berkeras untuk mengajak syaikh Nazim dan paman untuk menginap di rumah kami.
Syaikh Nazim mengatakan : “ Saya dikirim oleh syaikh Abdullah. Beliau yang mengatakan ‘Setelah shalat ashar nanti, yang ada disebelah kananmu bernama ini dan yang lain bernama ini. Ajaklah mereka masuk thariqat Naqsybandi. Mereka akan menjadi pengikut kita.’ “
Kami masih amat muda dan kagum akan cara beliau mengetahui nama-nama kami.
Sejak saat itu beliau mengunjungi Beirut secara rutin. Kami pergi ke Damaskus setiap Minggunya, dengan cara memohon pada ayah kami agar diizinkan mengunjungi grandsyaikh. Aku dan kakakku menerima banyak pengetahuan spiritual dan menyaksikan kekuatan-kekuatan ajaib yang dialirkan pada hati kami, para pencari.
Rumah Syaikh Nazim tidak pernah sepi dari pengunjung. Sedikitnya seratus orang silih berganti mengunjungi rumah beliau setiap harinya dan dilayani dengan baik. Rumah beliau dekat dengan rumah grandsyaikh di Jabal Qasiyun, sebuah pegunungan yang tampak dari kotanya, disebelah tenggara Damaskus. Rumah semen beliau yang sederhana dengan segala perabot dibuat dari tangan dengan bahan kayu atau bahan-bahan alami lain.
Mulai tahun 1974, beliau mengunjungi Eropa. Dari Siprus menuju London dengan pesawat dan kembalinya mengendarai mobil lewat jalan darat. Beliau melanjutkan pertemuan dengan setiap kalangan masyarakat dari berbagai daerah, bahasa, adat sampai keyakinan yang berbeda-beda. Orang-orang mulai mengucap kalimat Tauhid dan bergabung dengan thariqat sufi dan belajar tentang rahasia-rahasia spiritual dari beliau. Senyum dan wajahnya yang bersinar amat dikenal di seluruh benua Eropa dan disayangi karena membawa cita rasa spiritualitas yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat.
Tahun-tahun selanjutnya, beliau melakukan perjalanan kaki di wilayah negara Turki. Sejak tahun 1978, beliau habiskan tiga sampai empat bulan disetiap daerah di Turki. Dalam setahun beliau bepergian di daerah Istambul, Yalova, Bursa, Eskisehir dan Ankara. Di lain kesempatan beliau mengunjungi Konya, Isparta dan Kirsehir. Tahun berikutnya mengunjungi pesisir selatan dari Adana menuju Mersin, Alanya, Izmir dan Antalya. Kemudian ditahun berikutnya beliau bepergian ke sisi timur, Diyarbakir, Erzurm sampai perbatasan Irak. Kemudian kunjungan selanjutnya adalah di laut hitam, bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dari kota menuju kota lain, dari masjid ke masjid men-syiarkan firman-firman Allah dan spiritualitas dimanapun beliau berada.
Dimanapun syaikh Nazim pergi, beliau disambut oleh kerumunan massa dari yang sederhana sampai pejabat pemerintahan. Beliau masyur dengan sebutan ‘Al-Qubrusi’ di seluruh Turki. Syaikh Nazim merupakan syaikh / guru dari Presiden Turki terakhir, Turgut Ozal yang amat menghormati beliau. Akhir-akhir ini syaikh Nazim terkenal karena pemberitaan yang luas dari media dan pers. Beliau di wawancarai hampir tiap minggu oleh berbagai stasiun TV dan reporter yang menanyakan tentang berbagai kejadian serta masa depan Turki. Beliau mampu menjembatani antara pemerintahan yang sekuler dan kelompok Islam fundamental, seperti yang diajarkan oleh Nabi ( saw ) sehingga tercipta kedamaian disetiap hati dan pikiran dari kedua belah pihak, baik kalangan awam maupun yang cerdas sekalipun.
Tahun 1986, beliau terpanggil untuk mengadakan perjalanan menuju Timur jauh; Brunei, Malaysia, Singapore, India, Pakistan, Sri Lanka. Beliau di terima baik oleh para Sultan, Presiden, anggota parlemen, pejabat pemerintah dan tentu saja rakyat pada umumnya. Beliau di sebut sebagai orang suci zaman ini di Brunei. Beliau disambut dengan kemurahan rakyat dan khususnya oleh Sultan Hajji Hasan al-Bolkiah. Beliau digolongkan sebagai salah satu syaikh terbesar thariqat Naqsybandi di Malaysia. Di Pakistan, beliau dikenal sebagai penyegar akan thariqat sufi dan beliau mempunyai ribuan murid. Di Srilanka, di antara pemerintahan dan rakyat biasa, beliau mempunyai lebih dari 20.000 ( dua puluh ribu ) murid. Di antara muslim Singapore, beliau juga amat dihormati.
Pada tahun 1991, untuk pertama kalinya beliau mengunjungi Amerika. Lebih dari 15 negara bagian beliau kunjungi. Beliau bertemu dengan banyak kalangan masyarakat dari berbagai aliran dan agama-agama : Muslim, Kristen, Yahudi, Sikh, Buddha, Hindu, New age, dan lain-lain. Hal ini membuahkan berdirinya lebih dari 13 pusat-pusat thariqat Naqsybandi di Amerika Utara. Kunjungan kedua th. 1993, beliau mendatangi berbagai daerah dan kota-kota, masjid-masjid, gereja, sinagog, dan candi-candi. Melalui beliau, lebih dari 10.000 ( sepuluh ribu ) rakyat Amerika Utara telah masuk Islam dan ber-baiat dalam thariqat Naqsybandi.
Pada bulan Oktober 1993, beliau menghadiri peresmian kembali masjid dan sekolah Imam Bukhari di Bukhara, Uzbekistan. Beliau adalah orang pertama diantara banyak generasi Imam Bukhari yang mampu mengembalikan daerah pusat para awliya di Asia tengah yang sangat kuat mengabadikan nama dan ajarannya dalam thariqat ini.
Sebagaimana Shah Naqsyband sebagai pelopor di daerah Bukhara dan Asia Tengah, juga Ahmad as-Sirhindi al-Mujaddidi pelopor di milenium ke 2, dan Khalid al-Baghdadi pelopor kebangkitan Islam, shariah, dan thariqat di Timur Tengah; maka syaikh Nazim Adil al-Haqqani adalah pelopor , pembaharu dan penyeru umat agar kembali pada Tuhan-nya di abad ini, abad perkembangan tekhnologi dan materialisme.
Khalwat Syaikh Nazim
Khalwat pertama beliau atas perintah Syaikh Abdullah ad-Daghestani di tahun 1955 di Sueileh, Yordania. Beliau berkhalwat selama 6 bulan. Kekuatan dan kemurnian dalam setiap kehadiran beliau mampu menarik ribuan murid di Sueileh dan desa-desa sekitarnya, Ramta dan Amman menjadi penuh oleh murid-muridnya. Ulama, pejabat resmi dan banyak kalangan tertarik akan pencerahan dan kepribadian beliau.
Ketika baru mempunyai 2 orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki, syaikh Nazim dipanggil oleh grandsyaikh Abdullah. “ Aku menerima perintah dari Nabi untukmu agar melakukan khalwat di masjid Abdul Qadir Jailani di Baghdad. Pergilah kesana dan lakukan khalwat selama 6 bulan.”
Syaikh Nazim bercerita mengenai peristiwa ini :
Aku tidak bertanya apapun pada grandsyaikh. Aku bahkan tidak pulang ke rumah. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju Marja, di dalam kotanya. Tidak pernah terlintas dalam benakku ‘aku butuh pakaian, uang atau
makanan’ . Ketika beliau berkata ‘Pergilah!’ maka aku segera pergi. Aku memang ingin melakukan khalwat bersama syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ketika sampai di kota , aku melihat seorang laki-laki yang sedang menatapku. Dia mengenalku. “Syaikh Nazim, anda mau kemana ? “
“Ke Baghdad.” jawabku. Ternyata dia murid grandsyaikh. “ Saya juga mau kesana.” Kamipun berangkat dengan naik truk yang penuh dengan muatan barang untuk dikirim ke Baghdad.
Ketika memasuki masjid Syaikh Abdul Qadir Jailani, ada seorang laki-laki tinggi besar yang berdiri di pintu. Dia memanggilku,” Syaikh Nazim !”
“Ya,” jawabku.
“ Saya ditunjuk untuk melayani anda selama tinggal disini. Mari ikut saya.”
Sebenarnya aku terkejut akan hal ini, namun dalam thariqat segala hal telah diatur dalam Kehendak Ilahi. Aku mengikutinya sampai ke makam sang Ghawth. Aku mengucapkan salam pada kakek buyutku, Syaikh Abdul Qadir Jailani.
Sambil menunjukkan kamarku, orang itu mengatakan, ‘‘Setiap hari aku akan memberimu semangkuk sup dan sepotong roti.’’
Aku keluar dari kamar hanya untuk menunaikan shalat 5 waktu saja. Aku mencapai sebuah maqam dimana aku mampu khatam Al Qur’an dalam waktu 9 jam. Setiap harinya aku membaca Lha ilaha ill-Allah 124.000 kali dan shalawat 124.000 kali ditambah membaca seluruh Dalail al-khayrat, dan membaca 313.000 kali Allah, Allah, dan seluruh ibadah yang dibebankan padaku. ‘Penglihatan-penglihatan spiritual’ mulai bermunculan mengantarku dari satu maqam ke maqam lain sampai akhirnya aku menjadi fana’ dalam hadirat Allah.
Suatu hari aku mendapat penglihatan bahwa syaikh Abdul Qadir Jailani memanggilku menuju makamnya. Kata beliau, ‘ Oh, cucuku, aku sedang menunggumu di makamku, datanglah !” Aku bergegas mandi, shalat 2 rekaat dan berjalan menuju makam beliau yang hanya beberapa langkah dari kamarku. Sesampai disana, aku mulai bermuraqaba. “ as-salam alayka ya jaddi’ ( semoga kedamaian tercurah padamu, kakekku ) “
Segera aku melihat beliau keluar dari makam dan berdiri disampingku. Dibelakang beliau ada sebuah singgasana indah yang dihiasi batu-batu mulia. Kata beliau “ Mendekat dan duduklah bersamaku di singgasana itu.”
Kami duduk layaknya seorang kakek dan cucunya. Beliau tersenyum dan mengatakan :
“Aku bahagia denganmu, Nazim Effendi. Maqam syaikh kamu, Abdullah al-Faiz ad-Daghestani amat tinggi dalam thariqat Naqsybandi. Aku ini kakekmu. Sekarang aku turunkan padamu, langsung dariku, kekuatan yang dipegang oleh Ghawth. Aku bay’at kamu dalam thariqat Qadiriah sekarang.”
Kemudian grandsyaikh nampak dihadapanku, Nabi (saw ) pun hadir, juga Shah Naqsyband. Syaikh Abdul Qadir Jailani berdiri memberi hormat pada Nabi beserta para syaikh yang hadir, akupun melakukannya. Kata beliau :
‘ Ya Nabi, Ya Rasulullah, aku kakek dari cucuku ini. Aku bahagia dengan kemajuannya dalam thariqat Naqsybandi dan aku ingin menambahkan thariqat Naqsybandi pada maqamku. ‘
Nabi tersenyum dan melihat pada Shah Naqsyband, selanjutnya Shah Naqsyband melihat pada Grandsyaikh Abdullah. Inilah adab pimpinan yang baik, karena Syaikh Abdullah yang masih hidup pada saat itu. Grandsyaikh menerima rahasia thariqat Naqsybandi yang diterima beliau dari Shah Naqsyband melalui silsilah Nabi, dari Abu Bakr as-Siddiq, agar ditambahkan pada maqam syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ketika syaikh Nazim merampungkan khalwatnya, dan akan segera meninggalkan makam kakeknya dan mengucapkan salam perpisahan. Syaikh Abdul Qadir Jailani muncul dan memperbarui bay’at syaikh Nazim dalam thariqat Qadiriah. Kata Kakeknya, “ Cucuku, aku akan memberimu kenang-kenangan karena telah berkunjung ke sini.” Beliau memeluk syaikh Nazim dan memberinya 10 buah koin yang merupakan mata uang di jaman beliau dulu hidup. Koin itu masih disimpan syaikh Nazim sampai hari ini.
Sebelum pergi, syaikh Nazim memberi tanda kenangan jubah pada syaikh yang telah melayani beliau selama khalwat disana. “ Aku memakai jubah ini selama masa khalwat, sebagai alas tidurku, bahkan juga saat shalat dan dzikir. Simpanlah, Allah beserta Nabi akan memberkahimu.” Syaikh itu mengambil jubah, menciumnya dan memakainya. Syaikh Nazim meninggalkan Baghdad dan kembali ke Damaskus, Syria.
Pada th. 1992, ketika syaikh Nazim mengunjungi Lahore, Pakistan, beliau berziarah ke makam syaikh Ali Hujwiri. Salah seorang syaikh dari thariqat Qadiriah mengundang beliau ke rumahnya. Syaikh Nazim menginap disana. Setelah shalat subuh, tuan rumah itu mengatakan
‘Ya syaikh, aku memintamu menginap malam ini untuk menunjukkan padamu sebuah jubah berharga yang kami warisi selama 27 tahun yang lalu. Diwariskan dari seorang syaikh hebat dari thariqat Qadiriah dari Baqhdad sampai akhirnya berada di tangan kami. Semua syaikh kami menyimpan dan menjaganya karena dulunya ini jubah pribadi dari ‘Ghawth’ pada masa itu.
Seorang syaikh Turki dari thariqat Naqsybandi berkhalwat di masjid-makam syaikh Abdul Qadir Jailani. Setelah selesai, beliau berikan jubah ini sebagai hadiah karena sudah melayaninya selama khalwat. Syaikh Qadiriah pemegang jubah ini mengatakan pada penerusnya ketika akan meninggal agar menjaganya, karena siapapun yang mengenakan jubah itu, segala penyakitnya akan sembuh. Setiap murid yang mengenakan jubah ini dalam perjalanannya menuju hadirat Ilahi akan mudah terangkat dalam tingkat kashf.’
Beliau membuka almari dan memperlihatkan sebuah jubah yang disimpan di kotak kaca. Dia keluarkan jubah itu. Syaikh Nazim tersenyum melihatnya. Syaikh Qadiriah itu bertanya pada syaikh Nazim,” Apakah sebenarnya ini, syaikh ? “
Syaikh Nazim menjawab : “ Hal ini membuat aku bahagia. Jubah ini aku berikan pada Syaikh thariqat Qadiriah saat aku selesai khalwat.”
Ketika mendengar hal ini syaikh tersebut mencium tangan syaikh Nazim dan meminta bay’at di dalam thariqat Naqsybandi.
Khalwat di Madinah
Sering kali syaikh Nazim diperintahkan melakukan khalwat dengan kurun waktu antara 40 hari sampai setahun. Tingkatan khalwatnya juga berbeda, mulai diisolasi dari kontak dunia luar, shalat, atau hanya diperkenankan adanya kontak saat melaksanakan dzikir atau pertemuan karena memberi kajian. Beliau sering melaksanakan khalwat di kota Nabi. Kata beliau :
Tidak seorangpun diberi kehormatan melakukan khalwat bersama syaikh mereka. Aku mendapatkan kesempatan ini berada dalam satu ruangan dengan syaikh Abdullah di Madinah. Sebuah ruangan kuno dekat masjid suci Nabi Muhammad saw. Disana terdapat satu pintu dan satu buah jendela. Segera setelah kami memasuki ruangan itu, syaikh menutup jendela rapat-rapat dan beliau mengijinkan aku keluar hanya pada saat menunaikan shalat 5 waktu di Masjid Nabi.
Beliau mengingatkan aku agar ‘mengawasi langkah / nazar bar qadam ’ ketika dalam perjalanan menuju tempat shalat. Dengan disiplin dan mengontrol penglihatan kita berarti memutuskan diri dari segala hal kecuali pada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Besar beserta Nabi-Nya.
Syaikh Abdullah tidak pernah tidur selama khalwat berlangsung. Selama satu tahun aku tidak pernah melihat beliau tidur dan menyentuh makanan. Hanya semangkuk sup dan sepotong roti disediakan untuk kami setiap harinya. Beliau selalu memberikan bagiannya kepadaku. Beliau hanya minum air dan tidak pernah meninggalkan ruangan itu.
Malam demi malam, hari demi hari, grandsyaikh duduk membaca Qur’an hanya dengan penerangan lilin, berdzikir dan mengangkat tangannya dalam do’a. Kadang aku tidak mengerti apa yang beliau ucapkan karena beliau menggunakan bahasa surgawi. Aku hanya mampu memahaminya lewat ilham dan penglihatan yang datang pada hatiku.
Aku tidak tahu kapan saatnya malam ataupun siang kecuali saat shalat. Grandsyaikh tidak pernah melihat sinar matahari selama setahun penuh, kecuali cahaya dari lilin. Dan aku melihat cahaya matahari hanya ketika pergi untuk shalat.
Melalui khalwat tersebut, spiritualitasku meningkat ke tingkatan yang berbeda-beda. Suatu hari aku mendengar beliau mengatakan : ‘Ya Allah, beri daku kekuatan “Ghawth” / perantara / penolong, dari kekuatan yang Engkau berikan pada Nabi-Mu. untuk meminta ampunanMu bagi seluruh umat manusia saat kiamat nanti dan mengangkat mereka menuju Hadirat-Mu.’
Ketika beliau mengatakan hal ini, aku mengalami ‘penglihatan’ keadaan disaat hari kiamat. Allah swt turun dari Arsh-Nya dan mengadili umat manusia.. Nabi berada di samping kanan-Nya. Grandsyaikh berada di sebelah kanan Nabi, dan aku berada di sebelah kanan grandsyaikh.
Setelah Allah mengadili umat manusia, Dia memberi wewenang Nabi untuk menjadi perantara ampunan-Nya. Ketika Nabi selesai melakukannya, beliau meminta grandsyaikh untuk memberi barakahnya dan mengangkat mereka dengan kekuatan spiritual yang telah diberikan. Penglihatan itu berakhir dan aku mendengar grandsyaikh mengatakan, ‘ al-hamdulillah, al-hamdulillah, Nazim effendi, aku sudah mendapat jawabannya.’
Suatu hari selesai shalat subuh grandsyaikh mengatakan, ‘ Nazim Effendi, lihat !’ Kemana harus kulihat, atas, bawah, kanan atau kiri ? Ternyata ada di bagian hati beliau. Sebuah penglihatan muncul. Aku melihat syaikh Abdul Khaliq al Ghujdawani muncul dengan tubuh fisiknya dan mengatakan padaku,
’ Oh anakku, syaikh-mu memang unik. Tidak ada yang seperti dia sebelumnya. ‘ Kemudian kami diajak beliau di tempat lain di bumi ini.
‘ Allah swt memintaku untuk pergi ke batu itu dan memukulnya’ sambil menunjuk sebuah batu. Ketika beliau memukulnya, sebuah semburan air memancar deras keluar dari batu itu. Kata beliau, ‘ Air itu akan terus memancar seperti ini sampai kiamat nanti, dan Allah swt mengatakan padaku bahwa pada setiap tetes air ini Dia ciptakan satu malaikat bercahaya yang akan selalu memuji-Nya sampai kiamat nanti.’
Kata Allah : ‘ Oh hamba-Ku Abdul Khaliq al-Ghujdawani, tugasmu adalah memberi nama para malaikat ini dengan nama yang berbeda dan tidak boleh ada pengulangan. Hitung pula berapa kali pujian-pujian mereka, kemudian bagikan pada seluruh pengikut thariqat Naqsybandi. Itulah tanggung jawabmu.” Aku takjub akan beliau beserta tugas luar biasa yang diembannya.
Penglihatan itu terus berlanjut serasa menghujaniku. Pada hari terakhir khalwat kami setelah shalat subuh aku mendengar suara-suara dari arah luar ruangan kami. Suara orang dewasa dan suara anak-anak menangis. Tangisan itu semakin menjadi-jadi dan berlangsung berjam-jam. Aku tidak tahu siapa yang menangis karena tidak diizinkan untuk melihatnya. Grandsyaikh bertanya, “ Nazim Effendi, tahukah kamu siapa yang sedang menangis ?”
Walaupun aku tahu bahwa itu bukan tangisan manusia, namun aku menjawab,
” Oh syaikh, engkaulah yang lebih mengetahuinya.”
“Setan mengumumkan pada komunitasnya bahwa 2 manusia di bumi ini telah lolos dari kendalinya.”
Kemudian aku melihat setan dan bala tentaranya telah dirantai dengan rantai surgawi untuk mencegah mereka mendekati syaikh dan aku. Penglihatan itu berakhir. Grandsyaikh meletakkan tangannya di dadaku sambil mengata.kan, ” Alhamdulillah, Nabi bahagia akan aku dan kamu.”
Lalu aku melihat Nabi Muhammad beserta 124.000 nabi-nabi lain, 124.000 sahabat-sahabatnya, 7007 awliya-awliya Naqsybandi, 313 awliya agung, 5 Qutb dan Ghawth. Semuanya memberi selamat kepadaku. Mereka mengalirkan dalam hatiku ilmu spiritual mereka. Aku mewarisi dari mereka rahasia-rahasia thariqat Naqsybandi dan 40 thariqat-thariqat lainnya.
KARAMAH SYAIKH NAZIM
Pada th 1971, syaikh Nazim seperti biasa berada di Siprus selama 3 bulan; rajab, shaban, dan ramadhan. Suatu hari di bulan shaban, kami mendapat telpon dari bandara di Beirut. Ternyata dari syaikh Nazim yang meminta kami untuk menjemputnya. Kami terkejut karena tidak mengira beliau akan datang.
“ Aku diminta Nabi untuk menemuimu hari ini karena ayahmu akan wafat. Aku yang akan memandikan jenazahnya, mengkafani dan menguburkannya lalu kembali ke Siprus. “
“ Oh, syaikh. Ayah kami dalam keadaan sehat. Tidak ada sesuatu terjadi pada beliau.”
“Itulah yang dikatakan padaku.” Jawab beliau dengan amat yakin. Kamipun menyerah saja karena apapun yang dikatakan syaikh kami harus menerimanya.
Beliau meminta kami mengumpulkan seluruh keluarga untuk melihat ayah kami terakhir kalinya. Kami mempercayainya dan melaksanakannya walaupun ada yang terkejut dan ada yang tidak mempercayainya saat kami memanggilnya. Ada yang hadir dan ada yang tidak. Ayahku tidak mengetahui masalah ini, hanya melihat kunjungan keluarga sebagai hal yang biasa. Jam tujuh kurang seperempat. Kata syaikh Nazim,” Aku harus naik ke apartemen ayahmu untuk membaca surat Ya Sin tepat ketika beliau wafat.” Lalu beliau naik dari flat kami dibawah. Ayahku memberi salam pada syaikh Nazim lalu mengatakan,” Oh syaikh Nazim, sudah lama kami tak mendengar anda membaca qur’an. Maukah anda melakukannya untuk kami ?” Syaikh Nazimpun mulai membaca surat Ya Sin. Ketika beliau selesai membacanya, jarum jam menunjukkan tepat pukul tujuh. Persis ketika ayahku berteriak,” Jantungku, jantungku..!!” Kami merebahkan beliau, kedua saudaraku yang sama-sama dokter memriksa ayah. Jantungnya berdebar keras tak terkontrol dan dalam hitungan menit, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Semua orang melihat pada syaikh Nazim dengan takjub dan keheranan. “ Bagaimana beliau mengetahuinya ? wali macam apakah beliau ? bagaimana bisa dari Siprus, beliau datang hanya untuk hal ini ? rahasia seperti apakah yang ada di hatinya ? “
Rahasia yang di simpan beliau adalah berkat sayang Allah swt pada beliau. Allah memberi wewenang akan kekuatan dan ramalan karena beliau memelihara keikhlasan, ketaatan, dan kesetiaan pada agama Allah. Beliau menjaga kewajiban dan ibadahnya. Beliau menghormati Al-Quran. Beliau sama dengan seluruh awliya naqsybandi sebelumnya, seperti halnya seluruh awliya thariqat lain dan para leluhurnya, syaikh Abdul Qadir Jailani dan Jalaluddin Rumi dan Muhyiddin Ibn Arabi yang menaati tradisi-tradisi Islam selama 1400 tahun. Dengan cinta Ilahi itu beliau akan dianugerahi pengetahuan Ilahiah, kebijaksanaan, spiritualitas dan segala hal. Beliau akan menjadi orang yang mengetahui akan masa lalu, saat ini dan masa depan.
Kami merasa terperangkap diantara dua emosi. Satu, karena tangis kesedihan kami akan wafatnya ayah dan yang kedua kebahagiaan atas apa yang diperbuat oleh guru kami pada almarhum ayah. Kedatangan beliau demi ayah kami pada akhir hayatnya tidak akan pernah kami lupakan. Beliau memandikan jasad dengan tangan beliau yang suci. Setelah semua tugas dijalankan, beliau kembali lagi ke Siprus tanpa diundur.
Suatu ketika syaikh Nazim mengunjungi Lebanon selama 2 bulan pada musim haji. Gubernur kota Tripoli, Lebanon yang bernama Ashar ad-Danya merupakan pemimpin resmi suatu kelompok haji. Beliau menawari syaikh Nazim untuk pergi bersama menunaikan ibadah haji. Kata syaikh,” Saya tidak bisa pergi dengan anda, tapi insya Allah, kita akan bertemu disana.”
Gubernur tetap memaksa. “ Jika anda pergi, pergilah dengan saya. Jangan dengan orang lain.” Syaikh Nazim menjawab,” Saya tidak tahu apakah saya akan pergi atau tidak.”
Ketika musim haji telah usai dan gubernur telah kembali, beliau segera menuju ke rumah syaikh Nazim. Dihadapan sekitar 100 orang, kami mendengar beliau mengatakan,” Oh syaikh Nazim, mengapa anda pergi dengan orang lain dan tidak bersama kami?” Kamipun menjawab,” Syaikh tidak pergi haji. Beliau bersama kami disini selama 2 bulan berkeliling Lebanon.”
Gubernur berkata,” Tidak ! beliau pergi haji, kami punya saksi-saksi. Waktu itu saya sedang thawaf dan syaikh Nazim mendatangiku lalu mengatakan’ Oh Ashur, anda di sini?’ saya mengiyakan dan kami melakukan thawaf bersama-sama. Beliau menginap di hotel kami di Makkah. Dan menghabiskan siang hari bersama di tenda kami di Arafat. Beliau juga menginap bersama saya di Mina selama 3 hari. Lalu beliau mengatakan ‘Aku harus ke Madinah mengunjungi Nabi saw.’
kemudian kami menatap syaikh Nazim yang menampakkan senyum khasnya dan seakan-akan mengatakan : “ Itulah kekuatan yang dianugerahkan Allah pada para awliya-Nya. Bila mereka berada di jalan-Nya, meraih cinta-Nya dan hadirat-Nya, Allah akan menganugerahi segala hal.’
“ Oh syaikh-ku, karamah apa yang engkau tunjukkan pada kami adalah sangat luar biasa. Tidak pernah aku melihatnya selama hidupku. Aku ini seorang politikus. Aku percaya pada akal dan logika. Kini aku harus mengakui bahwa anda bukanlah orang biasa. Anda mempunyai kekuatan supranatural. Sesuatu yang Allah sendiri anugerahkan pada anda!”
Gubernur itu mencium tangan syaikh Nazim dan meminta bay’at di dalam Thariqat Naqsybandi. Kapanpun syaikh Nazim mengunjungi Lebanon, gubernur dan perdana mentri Lebanon akan duduk dalam komunitas syaikh Nazim. Sampai saat ini, keluarga-keluarga beliau dan masyarakat Lebanon menjadi pengikut Syaikh Nazim
Read more >> Lihat selengkapny jgn lupa baca bismilah

The Naqshbandi Sufi Way History and Guidebook of the Saints of the Golden Chain© by Shaykh Muhammad Hisham Kabbani

  1. Prophet Muhammad ibn Abd Allah, Salla Allahu `alayhi wa alihi wa sallam
  2. Abu Bakr as-Siddiq, radiya-l-Lahu`anh
  3. Salman al-Farsi, radiya-l-Lahu`anh
  4. Qasim ibn Muhammad ibn Abu Bakr
  5. Jafar as-Sadiq, alayhi-s-salam
  6. Tayfur Abu Yazid al-Bistami, radiya-l-Lahu canh
  7. Abul Hassan Ali al-Kharqani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  8. Abu Ali al-Farmadi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  9. Abu Yaqub Yusuf al-Hamadani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  10. Abul Abbas, al-Khidr, alayhi-s-salam
  11. Abdul Khaliq al-Ghujdawani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  12. Arif ar-Riwakri, qaddasa-l-Lahu sirrah
  13. Khwaja Mahmoud al-Anjir al-Faghnawi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  14. Ali ar-Ramitani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  15. Muhammad Baba as-Samasi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  16. as-Sayyid Amir Kulal, qaddasa-l-Lahu sirrah
  17. Muhammad Baha'uddin Shah Naqshband, qaddasa-l-Lahu sirrah
  18. Ala'uddin al-Bukhari al-cAttar, qaddasa-l-Lahu sirrah
  19. Yaqub al-Charkhi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  20. Ubaydullah al-Ahrar, qaddasa-l-Lahu sirrah
  21. Muhammad az-Zahid, qaddasa-l-Lahu sirrah
  22. Darwish Muhammad, qaddasa-l-Lahu sirrah
  23. Muhammad Khwaja al-Amkanaki, qaddasa-l-Lahu sirrah
  24. Muhammad al-Baqi bi-l-Lah, qaddasa-l-Lahu sirrah
  25. Ahmad al-Faruqi as-Sirhindi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  26. Muhammad al-Masum, qaddasa-l-Lahu sirrah
  27. Muhammad Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  28. as-Sayyid Nur Muhammad al-Badawani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  29. Shamsuddin Habib Allah, qaddasa-l-Lahu sirrah
  30. Abdullah ad-Dahlawi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  31. Khalid al-Baghdadi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  32. Ismail Muhammad ash-Shirwani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  33. Khas Muhammad Shirwani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  34. Muhammad Effendi al-Yaraghi, qaddasa-l-Lahu sirrah
  35. Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni, qaddasa-l-Lahu sirrah
  36. Abu Ahmad as-Sughuri, qaddasa-l-Lahu sirrah
  37. Abu Muhammad al-Madani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  38. Sharafuddin ad-Daghestani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  39. Abdullah al-Fa'iz ad-Daghestani, qaddasa-l-Lahu sirrah
  40. Muhammad Nazim Adil al-Haqqani, qaddasa-l-Lahu sirrah
Copyright © 1995 Shaykh Muhammad Hisham Kabbani. All rights reserved.
Material taken from the book The Naqshbandi Sufi Way; Published and Distributed by KAZI Publications, Inc.
Read more >> Lihat selengkapny jgn lupa baca bismilah